Lunglai...
Tubuhnya terkulai lemah dengan sisa butiran keringat yang masih tampak berkilauan di dahinya. Perjuangan hidup mati yang menggadaikan jiwa baru saja usai. Semburat pucat di wajah pun perlahan lenyap. Namun ia tersenyum, lalu bibirnya melafadzkan hamdalah.
Tubuhnya terkulai lemah dengan sisa butiran keringat yang masih tampak berkilauan di dahinya. Perjuangan hidup mati yang menggadaikan jiwa baru saja usai. Semburat pucat di wajah pun perlahan lenyap. Namun ia tersenyum, lalu bibirnya melafadzkan hamdalah.
Tak
lama, sosok mungil itu ada di dalam dekapan. Dipeluknya dengan segenap
kehangatan kasih sayang, padahal dirinya sendiri masih tampak lelah. Terlihat
matanya berbinar-binar senang seraya tak henti-hentinya menyapa buah hati
tercinta. Tetes air bening pun mengalir dari sudut mata, air mata bahagia.
Bagai
melepas kerinduan yang teramat dalam, pipi yang masih kemerah-merahan itu
dicium dengan lembut dan kepalanya dibelai dengan manja. Yang dirindukan pun
sedikit menggeliat. SubhanaLlah, betapa indahnya ciptaan-Mu, ya Allah. Mata
kecilnya memang belum bisa melihat dengan sempurna, namun nalurinya berkata,
dirinya berada di tangan seseorang yang sangat mencintainya.
Elusan
lembut dan sapaan yang sering terdengar saat masih di dalam rahim, kini dapat
dirasakan. Aura cinta pun memancar dari kedalaman hati seorang ibunda,
menyelimuti sang buah hati yang baru saja menyapa dunia dengan lengkingan
tangisannya.
Cinta ibunda memang cinta yang paling indah. Cinta itu selalu ada di sisi
mereka, dan tiada pernah ragu untuk dilimpahkannya. Mereka-lah yang tak pernah
kenal lelah menjaga dan membesarkan kita semua. Bahkan ketika kita belum
mengenal sepatah kata, ibunda jua yang mengajarkan tentang makna kasih sayang
dan cinta.
Adakah
cinta yang dapat menyaingi cinta seorang ibunda? Betapa dengan kasihnya, masa
kehamilan dilewati dengan keikhlasan dan kesabaran. Perasaan mual, pusing, ditambah
dengan membawa beban di perutnya yang semakin hari semakin berat, hingga saat
antara hidup dan mati ketika melahirkan, tak akan dapat tergantikan oleh
cinta-cinta lain yang penuh kepalsuan.
Ibunda
pun bagaikan pelabuhan cinta bagi anak-anaknya. Kerelaan mereka untuk sekedar
disinggahi, lalu ditimbun dengan segala resah dan gundah, bahkan amarah, hanya
dibalas dengan senyum kesabaran. Tak heran, seorang ibunda sanggup memelihara
sedemikian banyak anak yang dilahirkannya, namun belum tentu satu anakpun
bersedia menjaga dirinya hingga beliau tutup usia.
Aaah...
Rasanya kita semua pernah mengalami jatuh cinta. Dan cinta pertama itu selalu terhatur pada seseorang yang selalu ada di samping kita, tempat curahan suka dan duka. Ketika lapar, dengan tangannya ia menyuapkan makanan, diberikannya air susu dengan tulus saat kita haus, hingga diajarkannya berakhlak mulia bagaikan RasuluLlah SallaLlaahu Alayhi Wasallam, uswatun hasanah.
Rasanya kita semua pernah mengalami jatuh cinta. Dan cinta pertama itu selalu terhatur pada seseorang yang selalu ada di samping kita, tempat curahan suka dan duka. Ketika lapar, dengan tangannya ia menyuapkan makanan, diberikannya air susu dengan tulus saat kita haus, hingga diajarkannya berakhlak mulia bagaikan RasuluLlah SallaLlaahu Alayhi Wasallam, uswatun hasanah.
Ibunda
memang bukan hanya madrasah pertama bagi anak-anaknya, tapi mereka-lah cinta
pertama kita.
Dan
apakah ada cinta yang paling indah daripada cinta pertama?
WaLlahua'lam
bi shawab.